Garam Himalaya



GUE MUSLIM

Kajian Ust. Nuzul Dzikri, LC

Seorang muslim pada hakikatnya adalah menyerah kepada Allah. Artinya saya menyerah pada Rabb, bukan membantah, bukan mendebat, bukan menolak, bukan memberikan catatan kaki atau komentar.


Jika ada yang bertanya "Islam itu apasih?" maka jawabannya: Islam itu adalah "menyerah". Sebagai seorang muslim kita tentu harus mengetahui makna mendasar dari islam. Jika seseorang tidak tahu makna dari agamanya maka dia tidak berjalan diatas fondasi agama tersebut.



Ayat-ayat Al-Quran yang menunjukkan bahwa islam adalah "menyerah" seperti dibawah ini:


Al-Anam:162

قُلْ إِنَّ صَلَاتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلّٰـهِ رَبِّ الْعٰلَمِينَ
(qul inna shalaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi rabbi al’aalamiina)

"Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam."



Al-Baqarah:128

رَبَّنَاوَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِن ذُرِّيَّتِنَآ أُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَآ  ۖ  إِنَّكَ أَنتَالتَّوَّابُ الرَّحِيمُ
"Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dua orang muslim yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."



Slogan orang muslim terdapat pada surat An-Nur:51
...........سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا............

(..............sami'naa wa-atha'naa........)

"............kami dengar dan kami patuh........."



Al-Baqarah:208
يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ادْخُلُوا۟ فِى السِّلْمِ كَآفَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا۟خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْعَدُوٌّمُّبِينٌ
"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu."

Kaaffatan = Kaffah = totalitas

Muslim tidak menambah-nambahkan dan tidak mengurang-ngurangi. Allah tidak pernah memaksa kita, kitalah yang mengaku diri sendiri bahwa diri kita adalah seorang muslim. Bahwasanya tidak ada paksaan didalam agama seperti yang tertuang dalam surat:

Al-Baqarah:256
..........لَآ إِكْرَاهَ فِىالدِّينِ
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)...."

Al-Kahfi:29
........وَقُلِ الْحَقُّمِنرَّبِّكُمْ  ۖ  فَمَن شَآءَفَلْيُؤْمِنوَمَنشَآءَفَلْيَكْفُرْ
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir......."






Kefir




Berangkat dari sulitnya mendapatkan sumber mengenai kefir terutama mikroorganisme yang mengkontaminasinya dan kerusakan yang ditimbulkan akibat kontaminasi terhadap kefir, membuat saya tergugah untuk mempost apa yang sudah saya dan teman-teman saya cari sedikit mengenai kefir.


Apa itu Kefir?
Kefir adalah minuman fermentasi yang didapat dari fermentasi susu dan biji kefir. Biji kefir sendiri terdiri dari banyak species mikroba. Terdapat 4 genus mikroba, yaitu Lactobacilli, Lactococci/Streptococci, Acetobacter, dan yeast. Selain itu biji kefir mengandung protein, lemak dan kefiran (eksopolisakarida). Jumlah kefiran 45% dari berat kering biji kefir (Cahndan, et al., 2016; Ide, 2008). Ketika diinokulasikan kedalam susu, biji kefir memproduksi minuman fermentasi yang asam, bewarna kekuning-kuningan, self-carbonated, sedikit fruity, terkandung asam laktat, sedikit kandungan alkohol, dan exopolysaccharides. Selain itu ada beberapa kandugan bioactive peptides, komponen antibiotik, dan juga beberapa bacteriocins. Kefir mempunyai flavour yang khas, seperti flavor ragi, dan mempunyai efek effervescent (berbusa) di mulut. Produk ini dikategorikan sebagai probiotik karena mengandung mikroorganisme yang memberi keuntungan untuk kesehatan manusia ketika dikonsumsi dengan kadar yang benar.

Bagaimana Proses Pembuatan Kefir?
Proses pembuatan kefir mengikuti metode Ot’es dan Cagindi (2003). Susu sapi segar dipasteurisasi pada suhu 85°C selama 30 menit dengan tujuan untuk membunuh mikroba patogen awal yang terdapat pada susu.

1. Cooling
Setelah dipasteurisasi, susu segar harus didinginkan hingga pada suhu kamar ± 27°C. Penurunan suhu dilakukan terlebih dahulu dengan tujuan agar starter tidak mati ketika ditambahkan kedalam susu

2. Penambahan Starter
Setelah suhu susu telah mencapai ± 27°C, susu kemudian diinokulasi dengan biji kefir sebanyak 5% lalu diaduk hingga rata.

3. Inkubasi
Setelah starter ditambahan dan diaduk hingga rata, susu diinkubasi pada suhu kamar (25 ± 1°C) selama 20 jam, sehingga susu mengental menjadi kefir.

4. Penyaringan
Kefir kemudian disaring untuk memisahkan biji kefir dari substrat kefir. Biji kefir kemudian disimpan untuk digunakan pada inokulasi selanjutnya, sedangkan kefir (substrat aktif) dimasukkan ke dalam toples steril dan disimpan pada suhu 5°C dan kefir inilah yang dapat dikonsumsi.


Mikroba yang Mengkontaminasi Kefir
Mikroorganisme yang mengkontaminasi kefir dapat berasal dari biji kefir. Mikroorganisme tersebut kompleks dan sangat bervariasi dari satu wilayah geografis ke yang lainnya. Sanitasi selama penanganan dari biji kefir juga mengakibatkan variabilitas mikroba. Robinson et al., (2002) menyatakan bahwa mikroorganisme dari biji kefir mengandung campuran yang terdefinisi dari spesies bakteri dan ragi. Spesies bakteri termasuk anggota Lactobacillus genera, Lactococcus, Leuconostoc, Acetobater dan Streptococcus thermophilus. Bahkan sering kapang Geotrichum candidum juga ditemukan. Di beberapa negara di mana kefir biasa dikonsumsi, kehadiran Acetobacter aceti dan/atau Acetobacter rasens dan Geotrichum candidum dianggap sebagai mikroorganisme yang tidak diinginkan, sementara di daerah lain yang juga mengkonsumsi kefir, kehadiran mikroorganisme tersebut bisa saja diinginkan. Mikroorganisme lain yang juga dikategorikan sebagai kontaminan yaitu Pediococcus spp., dan Enterococcus spp. (Chandan and Kilara, 2013).

Penanganan yang tidak tepat pada biji kefir dapat mengakibatkan terkontaminasi dengan bakteri koliform, Bacilli, Micrococci dan kapang, yang dengan cepat akan merusak produk kefir. Menurut Koroleva, kultur kefir kualitas dengan kualitas yang baik disiapkan dalam susu skim yang harus mengandung 108-109 lactococci, 107-108 leuconostocs, 105 lactobacilli termofilik, 102-103 lactobacilli mesofilik, 105-106 yeast, dan 105-106 bakteri asam asetat per milliliter (Hui et al., 2004).

Fungi Dipodascus capitus dan Trichosporon coremiiforme dianggap sebagai patogen, yang diidentifikasi oleh urutan (sequence) gen pada biji kefir (Rattray and O’Connel, 2011). Beberapa bakteri kontaminan yang juga dijelaskan adalah Pseudomonas spp. (Dobson et al., 2011; Jianzhong et al.,2009; Leite et al.,2012) dan termasuk juga anggota famili Enterobacteriacea dan Clostridiaceae (Dobson et al., 2011) ketika mikrobiota biji kefir ditandai dengan pyro-sequencing dan PCR-DGGE. Kehadiran dari mikroorganisme-mikroorganisme ini dapat berhubungan dengan kontaminasi yang terjadi selama penanganan biji kefir atau praktik yang tidak benar yang diadposi selama masa persiapan minuman kefir.


Pengendalian Mutu Kefir
Pengendalian untuk mendapatkan kualitas kefir dapat dilakukan juga pada biji kefir sebagai starter pembuatan kefir. Sebelum dipakai biji kefir dapat direhidrasi atau disegarkan dengan direndam dalam air yang mengandung 6 sendok teh gula dan direndam idealnya selama 3 hari dan tidak lebih dari 5 hari. Penyegaran dapat juga dikombinasikan dengan perendaman yang dilakukan dalam susu selama 24 jam. Biji kefir biasanya dapat digunakan berulang dan biasanya disimpan didalam susu untuk menjaga biji kefir tetap hidup. Penggantian susu secara rutin dilakukan jika penyimpanan kultur dilakukan untuk waktu yang lama untuk memenuhi kebutuhan nutrisi biji kefir (1 kali penggantian susu per 5 hari).
Pada kefir yang telah siap dikonsumsi dianjurkan untuk menyimpan kefir didalam botol (plastik ataupun kaca) dengan kondisi botol kemasan tertutup rapat untuk menghindarkan kontaminasi mikroba. Penyimpanan kefir yang telah terkemas rapat juga dilakukan pada suhu kulkas. Jika kefir disimpan pada suhu ruang maka akan terjadi penyimpangan flavor. Kefir yang telah disimpan pada suhu kulkas 4°C selama 14 hari baik untuk dikonsumsi. Beberapa metode juga dilakukan setelah penggunaan biji kefir dalam pembuatan kefir. Sebelum disimpan dalam larutan gula ataupun susu
biji kefir dapat dicuci dengan air (pembilasan) untuk menghilangkan mikroflora yang menempel pada lapisan luar biji kefir. Penanganan untuk menghindarkan biji kefir dari kontaminasi dapat dilakukan dengan perendaman biji kefir dalam larutan 3% hidrogen peroksida foodgrade selama 24 jam (Cushfood, 2014).


Pustaka:
Chandran, C. R. et al. Dairy Process and Quality Assurance, 2nd ed. United Kingdom: Wiley Blackwell, 2016.

Cushfood. “Caring for Your Kefir to Last for A Lifetime,” Cushfood Online. Diambil dari http://cushfood.com/caring-kefir/; Internet; diakses pada 20 Februari 2016.

Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi di Hari Jumat


Hari Jum’at merupakan hari yang mulia. Bukti kemuliaannya, Allah mentakdirkan beberapa kejadian besar pada hari tersebut. Dan juga ada beberapa amal ibadah yang dikhususkan pada malam dan siang harinya, khususnya pelaksanaan shalat Jum’at berikut amal-amal yang mengiringinya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ 

"Sesungguhnya di antara hari kalian yang paling afdhal adalah hari Jum'at. Pada hari itu Adam diciptakan dan diwafatkan, dan pada hari itu juga ditiup sangkakala dan akan terjadi kematian seluruh makhluk. . . . " (HR. Abu Dawud, an Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan al Hakim dari hadits Aus bin Aus)

Amal Khusus di Hari Jum'at
Pada dasarnya, tidak dibolehkan menghususkan ibadah tertentu pada malam Jum’at dan siang harinya, berupa shalat, tilawah, puasa dan amal lainnya yang tidak biasa dikerjakan pada hari-hari selainnya. Kecuali, ada dalil khusus yang memerintahkannya. Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu, bahwa Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda;

لَا تَخُصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي ، وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ ، إلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

Janganlah menghususkan malam Jum’at untuk mengerjakan shalat dari malam-malam lainnya, dan janganlah menghususkan siang hari Jum’at untuk mengerjakan puasa dari hari-hari lainnya, kecuali bertepatan dengan puasa yang biasa dilakukan oleh salah seorang kalian.” (HR. Muslim, al-Nasai, al-Baihaqi, dan Ahmad)

Membaca Surat Al-Kahfi
Salah satu amal ibadah khusus yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at adalah membaca surat Al-Kahfi. Berikut ini kami sebutkan beberapa dalil shahih yang menyebutkan perintah tersebut dan keutamaannya.

1. Dari Abu Sa'id al-Khudri radliyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

    مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ

    "Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul 'atiq." (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai dan Al-Hakim serta dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736)

    2. Dalam riwayat lain masih dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu 'anhu,

      مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

      "Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." (HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249. Ibnul Hajar mengomentari hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan.” Beliau menyatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling kuat tentang surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470)

      3. Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

        مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ

        Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua jumat.
        Al-Mundziri berkata: hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yang tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib: 1/298)”

        Kapan Membacanya?
        Sunnah membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada hari Jum’atnya. Dan malam Jum’at diawali sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis. Kesempatan ini berakhir sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’atnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.

        Imam Al-Syafi'i rahimahullah dalam Al-Umm menyatakan bahwa membaca surat al-Kahfi bisa dilakukan pada malam Jum'at dan siangnya berdasarkan riwayat tentangnya. (Al-Umm, Imam al-Syafi'i: 1/237).

        Mengenai hal ini, al-Hafidzh Ibnul Hajar rahimahullaah mengungkapkan dalam Amali-nya: Demikian riwayat-riwayat yang ada menggunakan kata “hari” atau “malam” Jum’at. Maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud “hari” temasuk malamnya. Demikian pula sebaliknya, “malam” adalah malam jum’at dan siangnya. (Lihat: Faidh al-Qadir: 6/199).

        DR Muhammad Bakar Isma’il dalam Al-Fiqh al Wadhih min al Kitab wa al Sunnah menyebutkan bahwa di antara amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan pada malam dan hari Jum’at adalah membaca surat al-Kahfi berdasarkan hadits di atas. (Al-Fiqhul Wadhih minal Kitab was Sunnah, hal 241).

        Kesempatan membaca surat Al-Kahfi adalah sejak terbenamnya matahari pada hari Kamis sore sampai terbenamnya matahari pada hari Jum’at.
        Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at
        Dari beberapa riwayat di atas, bahwa ganjaran yang disiapkan bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada malam Jum’at atau pada siang harinya akan diberikan cahaya (disinari). Dan cahaya ini diberikan pada hari kiamat, yang memanjang dari bawah kedua telapak kakinya sampai ke langit. Dan hal ini menunjukkan panjangnya jarak cahaya yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman Allah Ta’ala:

        يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ

        Pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. Al-Hadid: 12).

        Balasan kedua bagi orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berupa ampunan dosa antara dua Jum’at. Dan boleh jadi inilah maksud dari disinari di antara dua Jum’at. Karena nurr (cahaya) ketaatan akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala:

        إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات

        Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114).

        Surat Al-Kahfi dan Fitnah Dajjal
        Manfaat lain surat Al-Kahfi yang telah dijelaskan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah untuk menangkal fitnah Dajjal. Yaitu dengan membaca dan menghafal beberapa ayat dari surat Al-Kahfi. Sebagian riwayat menerangkan sepuluh yang pertama, sebagian keterangan lagi sepuluh ayat terakhir.

        Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang di dalam riwayat tersebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,  “Maka barangsiapa di antara kamu yang mendapatinya (mendapati zaman Dajjal) hendaknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi.

        Dalam riwayat Muslim yang lain, dari Abu Darda’ radhiyallahu 'anhu, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, maka ia dilindungi dari Dajjal.” Yakni dari huru-haranya.

        Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari bagian akhir surat al-Kahfi.” Dan Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi.” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi: 6/92-93).

        Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karena pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/ berisi keajaiban-keajaiban dan tanda-tanda kebesaran Allah. Maka orang yang merenungkan tidak akan tertipu dengan fitnah Dajjal. Demikian juga pada akhirnya, yaitu firman Allah:

        أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ

        Maka apakah orang-orang kafir menyangka bahwa mereka (dapat) mengambil hamba-hamba-Ku menjadi penolong selain Aku? . . .” QS. Al-Kahfi: 102. (Lihat Syarah Muslim milik Imam Nawawi: 6/93).



        Picture credit to: al-uyeah.blogspot.com

        Keutamaan Surat Al-Fatihah


        Pertama: Membaca Al-Fatihah Adalah Rukun Shalat
        Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab (Al Fatihah).” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ubadah bin Shamitradhiyallahu ‘anhu)
        Dalam sabda yang lain beliau mengatakan yang artinya, “Barangsiapa yang shalat tidak membaca Ummul Qur’an (surat Al Fatihah) maka shalatnya pincang (khidaaj).” (HR. Muslim)
        Makna dari khidaaj adalah kurang, sebagaimana dijelaskan dalam hadits tersebut, “Tidak lengkap”. Berdasarkan hadits ini dan hadits sebelumnya para imam seperti imam Malik, Syafi’i, Ahmad bin Hanbal dan para sahabatnya, serta mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum membaca Al Fatihah di dalam shalat adalah wajib, tidak sah shalat tanpanya.
        Kedua: Al Fatihah Adalah Surat Paling Agung Dalam Al Quran
        Dari Abu Sa’id Rafi’ Ibnul Mu’alla radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku, “Maukah kamu aku ajari sebuah surat paling agung dalam Al Quran sebelum kamu keluar dari masjid nanti?” Maka beliau pun berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir keluar maka aku pun berkata; Wahai Rasulullah, Anda tadi telah bersabda, “Aku akan mengajarimu sebuah surat paling agung dalam Al Quran?” Maka beliau bersabda, “(surat itu adalah) Alhamdulillaahi Rabbil ‘alamiin (surat Al Fatihah), itulah As Sab’ul Matsaani (tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam shalat) serta Al Quran Al ‘Azhim yang dikaruniakan kepadaku.” (HR. Bukhari, dinukil dariRiyadhush Shalihin cet. Darus Salam, hal. 270).

        Sumber: muslim.or.id
        Diberdayakan oleh Blogger.
        Nida Islamiati